Sabtu, 17 Mei 2008

Pendidikan Investasi Masa Depan

LUTHFI ASARI tidak pernah memikirkan mampu menikmati sekolah gratis di luar negeri lewat beasiswa pendidikan. Rencananya untuk sekolah ke luar negeri, selalu ditolak oleh keluarga apalagi mertua.

Namun, tekad bulat untuk mengejar ilmu sudah tak tertahankan. Ia nekat berusaha mendapatkan beasiswa. Sekarang, lulusan tahun 2006 Lee Kwan Yew School of Public Policy Singapura ini sekarang malah jadi ahli pengembangan proyek untuk pemerintahan yang berdemokrasi dan desentralisasi di USAID.

Selain itu, alumnus LKY SPP jurusan Master in Public Management (MPM) ini tengah bekerja untuk Bank Dunia dan menangani proyek senilai USD 160 juta. “Hambatan dari keluarga sempat muncul. Tapi setelah diberi pengertian, akhirnya mereka luluh juga dan keluarga mau tinggal di Singapura untuk satu tahun (selama kuliah) tersebut,” lanjut Luthfie yang mendapat total beasiswa yang jika dikalkulasikan mencapai Rp 865 juta.

Bagi pria 36 tahun asal Malang ini, pendidikan memang merupakan investasi bagi masa depan. Bagaimana tidak, untuk memperoleh kesempatan beasiswa, Luthfi harus bersaing dengan mahasiswa berbagai negara dan hanya diambil 26 orang untuk satu kelas dan satu angkatan.

Pengalaman suka duka selalu Luthfi rasakan selama kuliah di Singapura. Mulai dari kuliah dari pukul 06.30 hingga 18.30 selalu dijalani dengan sepenuh hati. Kadang waktu untuk keluarga sengaja dikesampingkan sejenak demi sebuah ilmu. Bahkan, sempat juga mengorganisasikan tim sepak bola kampus semasa kuliah di sana.

Di sela kegiatan kampus, ada semacam pelatihan yang berguna kelak setelah lulus, seperti pelatihan kepemimpinan, public speaking hingga negosiasi. Lulusan LKY SPP ini pun bisa melanjutkan dan memilih mata kuliah pilihan di Universitas Harvard dan Kennedy School Amerika. Begitu juga dengan jalinan pertemanan yang sungguh mengasyikkan.

Bagaimana tidak, teman sebangku yang dulu menjadi teman, sekarang sudah menjadi konsulat Malaysia di Dubai. Cerita tentang kesuksesan teman-teman kuliahnya selalu menjadi penghibur sekaligus menjadi pemicu untuk maju.

“Mungkin sekolah ini belum ada apa-apanya sekarang. Namun, tunggu lima hingga 10 tahun lagi. Orang akan berbondong-bondong mengejar beasiswa tersebut,” ketusnya yang menyarankan untuk mengikuti program ini harus memiliki indeks prestasi (IP) minimal tiga, pengalaman di bidangnya minimal tiga tahun dan TOEFL 580. (AS)

Tidak ada komentar: