Kamis, 15 Mei 2008

Petani Desak Keruk Alur Sungai

Pangkalan Balai (Torang), Para petani kelapa di Kecamatan Sungsang mendesak pemerintah mengeruk jalur sungai. Pasalnya, sedimentasi yang terjadi di kawasan sungai telah memengaruhi aliran irigasi yang mengairi persawahan dan perkebunan kelapa.

Selain itu, pendangkalan yang terjadi di jalur sungai telah mempersulit para petani dalam mendistribusikan hasil panen padi maupun kelapanya. Selama ini, para petani menggunakan transportasi angkutan sungai untuk membawa hasil panen ke luar daerah.

Namun, sedimentasi yang terjadi telah membuat kapal kecil ataupun besar tidak bisa melintasi jalur sungai tersebut. Salah seorang warga Sungsang, Kandacong menjelaskan, sedimentasi sebenarnya telah terjadi sejak era 80-an dan hingga kini menyebabkan kondisi jalur sungai rusak parah.

Pendangkalan di jalur sungai sudah di atas 70 persen sehingga menyebabkan kapal-kapal kandas. Biaya operasional melalui angkutan jalur darat, lebih mahal dibandingkan melalui jalur sungai. Hal itu jelas menyulitkan para petani, misalnya biaya angkut untuk satu karung kopra dari rumahnya menuju kapal angkut sebesar Rp 2.500,00 sementara barang yang diangkut berjumlah ratusan karung.

“Padahal, kalau aliran sungai lancar, kami bisa membawa barang sendiri ke kepala angkut melalui sungai atau mereka yang membeli datang kemari dan langsung memasukan barang ke kapal tanpa harus mengangkut dengan jarak yang cukup jauh,” katanya.

Tak hanya itu, pendangkalan sungai tersebut juga mengakibatkan produksi kelapa menurun drastis. Sebab, pengairan yang tidak lancar mengakibatkan kandungan zat asam masuk ke areal perkebunan kelapa yang secara langsung merusak produksi kelapa. Selain mengurangi angka produksi, kondisi tersebut juga menghambat percepatan buah perdana pohon kelapa. Sebab biasanya, kalau keadaan tanahnya bagus maka dalam hitungan tiga tahun, kelapa sudah bisa diambil buahnya.

Tetapi, kalau keadaan tanahnya rusak dan pengairan tidak lancar, maka kelapa baru mengeluarkan buahnya pada usia 6-7 tahun. “Harga buah kelapa menurun karena pengairan tidak lancar, kalau normal dalam satu kebun ukuran 2 hektare, idealnya dapat menghasilkan kelapa sebanyak 20 ribu. Tetapi, karena keadaan tidak normal dan rusak seperti ini, paling-paling sekali panen kita hanya memetik sebanyak 15 ribu buah per lembar. Begitu juga dengan buah perdana menjadi lambat, sekitar 6-7 tahun baru muncul sejak penanaman,” katanya.

Bupati Banyuasin Amiruddin Inoed menuturkan, pengerukan semua jaringan irigasi termasuk di Kecamatan Sungsang telah dimasukkan program multi years tahun anggaran 2008-2009. Dipastikan pada 2009, semua saluran yang mengalami sedimentasi akan selesai dikeruk sehingga para petani bisa kembali meraup hasil yang ideal, baik tanaman padi dan palawija maupun tanaman kelapa sebagai salah satu unggulan Kabupaten Banyuasin.

“Nanti akan kita garap semua melalui program tahun jamak, yaitu anggaran tahun 2008-2009. Kita optimistis akan selesai pada tahun tersebut, apalagi proses tender sudah selesai, mudah-mudahan awal bulan depan sudah bisa dilaksanakan,” katanya. (AS)

Tidak ada komentar: