Senin, 05 Mei 2008

Segudang Harapan Saat Hardiknas

Palembang (Torang), Segudang harapan digantungkan pada momentum Hari Pendidikan Nasioanal (Hardiknas). Dengan peringatan ini diharapkan semangat belajar makin berkobar demi kebangkitan pendidikan.

Jum’at lalu (2/5), Bangsa Indonesia memperingati hardiknas. Peringatannya biasa ditandai dengan berbagai cara, salah satunya upacara bendera baik di sekolah maupun instansi pemerintah. Namun terlalu dangkal rasanya bila Hardiknas dimaknai dengan sekadar ceremony upacara.

Makna peringatan Hardiknas diharapkan lebih dari itu. Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan pencapaian pencerdasan bangsa, itu poin utama. Hardiknas juga ditetapkan menjadi sarana untuk memotivasi diri dan momentum untuk melakukan evaluasi sejauh mana pelaksanaan cita-cita pendidikan.

Bagi Wakil Kepala Sekolah sekaligus guru matematika SMA Veteran Plaju Rohman, Hardiknas adalah peringatan untuk membangkitkan semangat dan mengugah hati memajukan dunia pendidikan.

Kendati baru empat tahun memasuki dunia pendidikan, selepas menamatkan kuliah dijurusan FKIP Jurusan Matematika Universitas Muhammadyah palembang (UMP), kecintaannya pada dunia pendidikan telah dibuktikannya.

Sejak lulus di bangku kuliah, ia menjadi guru honorer di SMA Veteran Plaju. Dengan gaji dibawah Rp 1 Juta per bulan, setiap hari ia memberikan pelajaran kepada lebih dari 250 murid-muridnya.

“Mengajar itu ibarat candu bagi saya, meski penghasilannya tidak seberapa namun dengan cara ini kita bisa mengabdi kepada bangsa, dengan cara mencerdaskan murid. Karena dengan ikhlas, bersyukur maka rasanya akan nikmat. Toh hidupkan bukan hanya untuk mengejar materi semata,” jelasnya saat ditemui di rumahnya dibilangan jalan Kapten Abdullah Lorong Aman plaju.

Ditambahkannya, jika mengharakan bantuan pemerintah, pihaknya tidak bisa berharap banyak. Sehingga untuk melakukan pengajaran, guru dituntut berinovatif dan memiliki inisiatif agar apa yang diajarkan dapat diserap siswa dengan baik. Harapannya tidak muluk-muluk diperingatan Hardiknas kali ini, ia hanya ingin seluruh siswanya lulus UN dan pemerintah dapat memfasilitasi sekolah serta lebih memperhatikan nasip guru.

Senada Rohman, Kepsek SMKN 3 Asnan Harun mengharapkan, Hardiknas menjadi momentum dimana para birokrat kembali peduli dengan dunia pendidikan. “Inginnya sekolah kami dapat prioritas fasilitas pendidikan. Misalnya mulai dari laboratorium bahasa, bantuan beasiswa untuk siswa serta guru berprestasi dan siswa tak mampu,” Katanya.

Lain lagi dengan siswa kelas III Jurusan IPS SMA YKPP I Afit Wijarnako. Diperingatan Hardiknas kali ini ia hanya berharap lulus dengan nilai terbaik dan bisa masuk ke perguruan tinggi favorit. “Kalau hardiknas biasanya kami upacara di sekolah. Hardiknas kali ini saya berharap bisa dapat hadiah kelulusan UN dengan nilai yang baik. Disamping itu dunia pendidikan makin maju,” harapnya,

Salah satu orangtua siswa Rusminarni mengatakan, peringatan Hardiknas dijadikan salah satu cara intropeksi diri agar dunia pendidikan lebih maju. Pendidikan tidak hanya jatah bagi warga yang mampu, melainkan bagi seluruh masyarakat. Bahkan pemerintah sebaiknya menjamin pendidikan gratis hingga 12 tahun.

Lebih dari itu, menurut Rusminarni Hardiknas harusnya dijadikan momen untuk merefleksikan komitmen pemerintah dalam mewujudkan pendidikan bermutu bagi semua warga negara dari berbagai latar belakang sosial, suku, agama baik melalui jalur pendidikan formal atau non-formal.

Pengamat pendidikan sekaligus Rektor Universitas Bina Darma (UBD) Prof. Buchori Rachman mengatakan, Hadiknas adalah saatnya momentum untuk melakukan evaluasi sampai sejauh mana kita sudah melaksanakan nilai-nilai pedagogis yang ditanamkan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara.

Disebutkannya, masih banyak dari sistem pendidikan yang harus diperbaiki antara lain, berbelit-belitnya birokrasi sistem pendidikan, terlalu banyak meja yang berada di Departemen Pendidikan sampai Diknas tingkat kecamatan. “Sehingga berurusan semakin sulit. Ini terjadi bukan hanya level daerah tapi juga pusat. Akhirnya dari 100% dana pendidikan yang sampai ke sekolah dan perguruan tinggi hanya 30%, sisanya buat birokrasi. Harusnya ini dibalik, jadi sistem pendidikan tercapai, fasilitas belajar memadai dan lulusan makin berkualitas. Jadi jangan pendidikan setengah hati,” Jelasnya.

Disamping itu DPR RI harus segera mengesahkan Badan Hukum Pendidikan (BHP) agar sekolah dan perguruan tinggi (PT) memliki kekuatan hukum terhadap otonomi sekolah dan PT. sehingga bisa bertanggungjawab penuh terhadap lulusannya. Dengan begitu, Indonesia khususnya Sumsel dapat menghasilkan insan cerdas komprehensif dan kompetitif, meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional dan sosial, cerdas intelektual, cerdas kinestetik dan kompetitif. (AS)

Tidak ada komentar: